1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Filsafat Kant Makin Relevan di Tengah Konflik Geopolitik

Stefan Dege
22 April 2024

Hari ini tepat 300 tahun lalu filsuf Jerman Immanuel Kant lahir. Apa yang masih dapat disampaikan penulis Menuju Perdamaian Abadi ini kepada kita di masa kini?

https://p.dw.com/p/4f2Zf
Potret Immanuel Kant, 1724 - 1804
Kantianisme atau Kantian sering digunakan untuk menggambarkan posisi kontemporer dalam filsafat pikiran, epistemologi, dan etikaFoto: Heinz-Dieter Falkenstein/imageBROKER/picture alliance

Untuk dapat memahami dunia, Anda ternyata tidak perlu jauh-jauh bepergian. Ambil contoh Immanuel Kant (1724-1804). Pada tanggal 22 April 2024, dunia pun merayakan peringatan 300 tahun kelahirannya.

Filsuf Jerman ini bahkan tidak pernah meninggalkan kampung halamannya di Königsberg di Prusia Timur, sekarang bernama Kaliningrad dan bagian dari Rusia. Namun hal ini tidak menghentikannya untuk mencoba memahami dunia. Ide-idenya telah merevolusi filsafat dan menjadikannya pelopor ide Pencerahan atau Aufklärung.

Karyanya yang paling terkenal, yakni Critique of Pure Reason atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Kritik Atas Akal Budi Murni, dianggap sebagai titik balik dalam sejarah intelektual.

Hingga saat ini, Kant masih menjadi salah satu pemikir terpenting sepanjang masa. Banyak dari wawasannya yang masih tetap relevan dalam menghadapi perubahan iklim, peperangan, dan krisis.

Menurut Kant, tindakan politik harus selalu berpedoman pada hukum moralitas. Misalnya, apa yang bisa menghasilkan perdamaian abadi antarnegara? Dalam esainya tahun 1795 yang berjudul Menuju Perdamaian Abadi, Kant merekomendasikan didirikannya Liga Bangsa-Bangsa sebagai komunitas federal negara-negara republik. Pemikiran ini menjadi cetak biru berdirinya Liga Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia I (1914-1918), cikal bakal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Selain hukum internasional, Kant juga mengembangkan hukum kewarganegaraan. Dalam hal ini, ia menolak kolonialisme dan imperialisme serta merumuskan ide-ide perlakuan manusiawi terhadap pengungsi. Menurut filsuf tersebut, setiap orang berhak berkunjung ke setiap negara, namun belum tentu berhak diterima di negara itu.

Mengedepankan akal dan argumen

Kant tidak membenarkan martabat dan hak asasi manusia dinilai secara religius dan ketuhanan, tetapi secara filosofis dengan akal.

Dia sangat percaya terhadap sifat kemanusiaan. Dia percaya manusia mampu bertanggung jawab untuk diri sendiri dan dunia sekitar. Kant berpikir bahwa kehidupan dapat dikuasai dengan akal dan argument. Ia juga merumuskan prinsip imperatif kategoris di mana setiap orang seharusnya hanya melakukan hal yang berdampak terbaik untuk semua. 

Rumah Immanuel Kant di Koenigsberg
Rumah Immanuel Kant di KoenigsbergFoto: akg-images/picture-alliance

Pada tahun 1781, Kant menerbitkan karyanya yang bisa jadi adalah yang paling penting. Dalam buku berjudul Kritik Atas Akal Budi Murni ini ia mengajukan empat pertanyaan mendasar filsafat: Apa yang dapat saya ketahui? Apa yang harus saya lakukan? Apa yang bisa saya harapkan? Apa itu manusia?

Pencariannya akan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dikenal sebagai epistemologi. Berbeda dengan banyak filsuf sebelumnya, ia menjelaskan bahwa pikiran manusia tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti keberadaan Tuhan, jiwa, atau permulaan dunia.

"Kant bukan penerang dunia, namun ia adalah tata surya yang bersinar pada saat yang bersamaan," kata penulis era Romantik Jerman, Jean Paul (1763-1825) tentangnya.

Namun, intelektual besar lainnya menganggap tulisan Kant sulit dicerna. Ini juga yang dikeluhkan oleh filsuf Moses Mendelssohn saat membaca pemikiran Kant.

Pelopor filsafat Pencerahan

Ajaran dan tulisan Immanuel Kant meletakkan dasar bagi cara berpikir yang baru. Ungkapan Kant Sapere aude (frasa berbahasa Latin yang berarti "berani untuk tahu") menjadi terkenal dan membuat Kant menjadi pionir gerakan Pencerahan.

Gerakan intelektual ini menyatakan akal manusia (rasionalitas) dan penggunaannya yang benar sebagai standar segala tindakan. Dalam tulisannya, Kant menyerukan agar manusia membebaskan diri dari segala perintah (misalnya perintah Tuhan) dan bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. 

Hingga saat ini, masih banyak penghakiman dan prasangka yang beredar tentang Kant. Otfried Höffe, filsuf Jerman dan peneliti Kant, mengeksplorasi beberapa prasangka ini di dalam buku barunya yang berjudul Der Weltbürger aus Königsberg (Warga Dunia dari Königsberg). Yang dibahas termasuk pertanyaan apakah Kant adalah seorang "rasis Eurosentris" atau apakah Kant mendiskriminasi perempuan.

Dalam kedua kasus tersebut, jawaban Höffe adalah: "Iya, tapi...."

Kant bukan orang yang mager

Kant bukanlah seorang rasis dalam pengertian modern. Sebaliknya, ia mengutuk kolonialisme dan perbudakan. Selama hidupnya, Kant tidak pernah bepergian ke luar Königsberg. Namun bukan berarti wawasannya sempit. Saat itu, ibu kota Prusia Timur ini adalah kota perdagangan yang dinamis dan disebut sebagai "Venesia dari Utara". Selain itu, Kant tidak henti melahap berbagai catatan perjalanan dari negara lain.

Kant juga diketahui bukanlah seorang misanthrope yang julid dan antisosial. Meskipun rutinitas hariannya terjadwal ketat, Kant menikmati waktu makan siang yang panjang bersama teman dan kenalannya. Ia menyukai biliar dan permainan kartu, pergi ke teater, dan dikenal sebagai pribadi menyenangkan di salon-salon kota kala itu.

Salon kala itu bukanlah seperti dalam pengertian saat ini. Salon yang dimaksud adalah tempat bertemunya para intelektual untuk mendiskusikan berbagai macam ide.

Perayaan Immanuel Kant di Jerman

Di tahun ini di Jerman, digelar banyak acara untuk memperingati Kant dan warisan pemikirannya guna menandai 300 tahun kelahirannya. Bundeskunsthalle di Bonn, misalnya, telah menyelenggarakan pameran Kant bertajuk "Masalah yang Belum Terselesaikan".

Sebuah konferensi akademis besar juga akan diadakan di Berlin pada bulan Juni, diikuti oleh Kongres Kant Internasional di Bonn pada akhir tahun ini. Tadinya kongres ini akan digelar di Kaliningrad, tetapi tidak jadi karena masih berlangsungnya perang Rusia terhadap Ukraina.

Makam Kant terletak di dinding belakang Katedral Königsberg. Gereja Gotik ini adalah salah satu dari sedikit bangunan bersejarah yang terkena bom di Perang Dunia II dan gelombang pembongkaran pada masa Uni Soviet.

Pengaruh Kant terhadap sejarah hukum Jerman memang sangat besar. Namun kebangkitan nasionalisme telah menghalangi karyanya menjadi kekuatan dominan dalam pemikiran politik Jerman hingga setelah Perang Dunia II.

Kini, 300 tahun setelah kelahirannya, Kant masih dianggap sebagai pemikir terkemuka yang mampu menginspirasi gerakan politik hingga saat ini. (ae/hp)